Intelegensi
interpersonal memungkinkan kita untuk bisa memahami dan berkomunikasi dengan
orang lain, melihat perbedaan dalam mood, temperamen, motivasi dan kemampuan.
Kemampuan interpersonal ini terlihat jelas pada orang-orang yang memiliki
kemampuan sosial yang baik, seperti pemimpin politik atau agama, para orang tua
yang terampil, guru, ahli terapi, ataupun konselor. Salah seorang psikolog dari
Inggris, N K Humprey mengatakan bahwa intelegensi sosial adalah hal yang paling
penting dalam intelek manusia. Humprey mengatakan bahwa kegunaan kreatif dari
pikiran manusia yang paling besar adalah mengadakan cara untuk mempertahankan
sosial manusia secara efektif. Ciri-ciri orang yang memiliki intelegensi
interpersonal yang bagus antara lain:
1.
Terikat dengan orang tua dan
berinteraksi dengan orang lain.
2.
Membentuk dan menjaga hubungan
sosial.
3. Mengetahui
dan menggunakan cara-cara yang yang beragam dalam berhubungan dengan orang
lain.
4. Merasakan
perasaan, pikiran, motivasi, tingkah laku dan gaya hidup orang lain
5. Berpartisipasi
dalam kegiatan kolaboratif dan menerima bermacam peran yang perlu dilaksanakan
oleh bawahan sampai pimpinan, dalam suatu hal usaha bersama.
6. Mempengaruhi
pendapat dan perbuatan orang lain.
7. Memahami
dan berkomunikasi secara efektif, baik dengan cara verbal maupun non verbal
8. Menyesuaikan
diri terhadap lingkungan dan grup yang berbeda dan juga umpan balik (feedback)
dari orang lain.
9. Menerima
perspektif yang bermacam-macam dalam masalah sosial dan politik.
10. Tertarik
pada karir yang berorientasi interpersonal seperti mengajar, pekerjaan sosial,
konseling, manajemen atau politik.
11. Membentuk
proses sosial atau model yang baru.
PROSES
PEMBELAJARAN INTERPERSONAL
Intelegensi interpersonal sangatlah
erat kaitannya dengan orang lain, sehingga banyak pengajar mengatakan bahwa
mereka tidak akan dapat mengajar jika tidak dapat mengelompokkan
murid-muridnya, baik berpasangan atau lebih dari 2 orang per grup.
Kategori-kategori lain mengenai aktivitas pembelajaran interpersonal membangun
lingkungan interpesonal yang positif, pembelajaran kolaboratif, penanganan
konflik, belajar melalui tugas sosial/jasa, menghargai perbedaan, membangun
perspektif yang beragam, pemecahan masalah global dan lokal dalam pendidikan
multikultural.
MEMBANGUN LINGKUNGAN
INTERPESONAL YANG POSITIF
Banyak penelitian
baru-baru ini menunjukkan bahwa belajar akan lebih produktif dan menyenangkan,
jika siswa merasakan suatu perasaan memiliki dan mereka merasa kelasnya berfungsi
sebagai komunitas yang peduli. Bagaimana cara membentuk lingkungan tersebut?
Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengubah individu di kelas tersebut
menjadi suatu grup yang afektif dan kohesif.
PEMBELAJARAN
KOLABORATIF
Ada banyak model, teori
dan sumber dengan perspektif yang bermacam-macam dalam pembelajaran koperatif.
Beberapa buku yang membahas masalah ini
buku yang dikarang oleh Elizabeth Cohen yang berjudul Designing Groupwork for Heterogeneous
Classroom dan juga Cooperative
Learning: Theory, Research and Practice karangan Robert Slavin. Dalam
tinjauan penelitian pembelajaran koperatif, kesepakatan umum didapat bahwa
metode seperti pembelajaran koperatif ini dapat meningkatkan pencapaian belajar
siswa, mempercepat pembelajaran, meningkatkan daya ingat dan memiliki hasil
akhir, yaitu tindakan positif terhadap pembelajaran itu sendiri. Johnson
bersaudara telah menemukan 2 komponen penting dari pendekatan Colaborative Learning yang berhasil,
meliputi:
a)
pertanggungjawaban individual
keberhasilan kelompok didasarkan pada
kemampuan setiap anggota untuk menunjukkan bahwa dia telah belajar
materi-materi yang sangat dibutuhkan. Pencapaian siswa terlihat meningkat
ketika diketahui keberhasilan kelompok yang didasarkan pada nilai quiz anggota
kelompok yang digabungkan, atau ketika suatu proyek atau salah satu anggota
kelompok berperan serta dalam suatu proyek tim. Jelas terlihat bahwa pencapaian
kesuksesan berkurang ketika suatu proyek atau pekerjaan diberikan kepada
kelompok siswa yang tidak memiliki tanggung jawab dan tugas individual.
b)
ketergantungan positif
keberhasilan kelompok didasarkan atas
kemampuan kelompok itu dalam bekerjasama untuk meraih hasil yang diinginkan,
misalnya tingkatkan penghargaan, waktu luang dan ketenaran (pengakuan). Social
skill (keterampilan sosial) tidak akan dicapai dengan hanya meminta siswa untuk
bekerjasama. Mereka harus dilatih dengan sengaja.
MANAJEMEN KONFLIK
Selama masa anak-anak, metode untuk
menangani konflik dan frustasi berkembang dalam kita. Konflik merupakan hal
yang tak dapat dipisahkan dalam hidup kita, dapat dipandang sebagai suatu
tantangan yang mampu mengajarkan cara-cara positif dan kostruktif dalam
menangani masalah perselisihan. Salah satu cara untuk mengenalkan manajemen
konflik adalah dengan cara mengidentifikasi sebab-sebab umum konflik.
Beberapa
penyebab umum konflik:
-
Kepentingan individu
tidak terpenuhi
-
Kekuatan tidak
rata/sama
-
Komunikasi tidak
efektif atau tidak terjadi komunikasi
-
Perbedaan nilai dan
prioritas
-
Perbedaan persepsi
dalam memandang situasi
-
Pendekatan belajar dan
personalitas berbeda
Aspek
menarik lainnya adalah bagaimana seseorang merespon konflik itu. Ada banyak
cara dalam menangani konflik antara lain: berkompetisi, bekerjasama,
menghindari, menyesuaikan diri, kompromi.
BELAJAR MELALUI TUGAS
SOSIAL
Youth Service America, suatu kantor
nasional untuk program jasa terhadap terhadap masyarakat memperkirakan bahwa,
sukarelawan SMU menyumbangkan 17 juta jam untuk pelayanan gratis pertahun, yang
jika diukur dengan nilai dolar bernilai 60 juta dolar. Namun nilai sebenarnya
dari pelayanan masyarakat itu tidak dapat diukur dengan nilai dolar (uang).
Meskipun pelayanan itu sangat penting bagi masyarakat, efek dari pelayanan
masyarakat dalam diri siswa SMU tersebut juga sangat penting. Siswa memperoleh
keuntungan dengan cara melakukan suatu kontribusi yang bermanfaat bagi
masyarakat, belajar tentang tanggung jawab sebagai warga negara secara
langsung, menerapkan pelajaran akademik di sekolah pada masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari, melatih inisiatif pribadi dan mengalami perubahan yang
positif dari remaja menjadi dewasa.
MENGHARGAI PERBEDAAN
Henri David Thoreau pernah berkata,
bahwa “jika orang tidak seiring dengan temannya, mungkin dikarenakan dia
mendengar drummer yang berbeda, maka biarkan dia menuju ke musik yang dia
dengar, tetapi ukurlah dekat atau jauh”. Hipocrates menyebutkan tipe-tipe
personality yaitu: melancholik, sanguine,
choleric dan phlegmatik. Istilah yang digunakan untuk memahami perbedaan
manusia dalam belajar, telah banyak dideskripsikan yaitu: tipe psikologis, tipe
personal, gaya kognitif, dan gaya belajar. Untuk membangun siswa dalam
membangun kemampuan untuk menghargai perbedaan, sangatlah penting untuk memberi
contoh perilaku dan juga menggunakan strategi-strategi yang menerangkan konsep
belajar. Ketika menilai perbedaan individu, adalah sangat krusial untuk
menyakinkan siswa tentang kenetralan dalam cara belajar yang berlainan.
Kebiasaan dan sifat seseorang tidak lebih dari kebiasaan dan sifat orang lain,
karena mereka sangat berbeda.
MENGEMBANGKAN
PERSPEKTIF BERAGAM
Persepsi kita terhadap
orang lain dan terhadap situasi yang berbeda berasal dari pengalaman hidup
kita, sistem nilai asumsi dan pengharapan ketika itu sangatlah mudah untuk
menyatakan bahwa setiap orang merasakan dunia secara berbeda, konsep semacam
ini sangat sulit untuk diinternalisasi. Menurut Steve Lamy, seorang guru
Internasional Amerika yang terkenal, dikatakan sebagai “Pluralisme Intelektual”, yaitu kapasitas untuk menganalisa dan
mengevaluasi perspektif yang berbeda. Solusi sebelumnya, yaitu menghargai
perbedaan, mengajarkan siswa konsep tentang perbedaan cara pendekatan belajar
orang lain. Kegiatan berrikut, meminta siswa untuk memikirkan perspektif yang
beragam dalam interaksinya dengan orang lain, strategi ini meliputi menghargai
persepsi orang lain. Memahami perbedaan point of view, melihat peristiwa yang
terjadi dari beberapa sudut pandang, memikirkan implikasi global dan
mempelajari berpikir secara sistematik dengan cara memikirkan pengaruh yang
ditimbulkan dari tindakan manusia pada alam dan sistem buatan manusia.
PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL
Perubahan sifat
demografi adalah salah satu dasar pemikiran yang kuat bagi pendidikan
mulikultural di AS. Robert Maynard, presiden Universitas Chicago sebelumnya
pernah berkata: “pendidikan terbaik bagi semua yang terbaik adalah pendidikan
terbaik bagi semua. Kelihatan imperatif, ketika pendidikan yang baik termasuk
pendidikan multikultur bagi setiap pelajar dari berbagai ras, etnik dan grup
sosial. Karena semuanya akan berpartisipasi dalam masa depan multi etnik yang
meningkat”. Banyak guru melihat pendidikan multikultur sebagai isi yang
terbatas pada grup etnik, ras dan kebudayaan dan tidak relevan terhadap
disiplin akasemik, melainkan kebalikannya dan itu sangatlah benar. James Banks
salah satu ahli tekemuka negara itu yang ahli di bidangnya, dan pengarang buku
Multiethnik Education: Theory and Practice mengatakan, bahwa pendidikan
multikultural memerlukan perubahan dalam pendekatan pendidikan dan lingkungan
sekolah.
Sumber:
1) Campbell, L., Campbell, B.,
Dickinson D. (2004). METODE PRAKTIS
PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE. Depok, IND: Intuisi Press.
2) Campbell, L. Dan Mckisson
M. (1990). Our Only Earth: A Global
Problem Solving Series. Tucson, AZ: Zepher Press.