Entri Populer

Minggu, 22 April 2012

SALING MEMAHAMI INTELEGENSI INTERPERSONAL


Intelegensi interpersonal memungkinkan kita untuk bisa memahami dan berkomunikasi dengan orang lain, melihat perbedaan dalam mood, temperamen, motivasi dan kemampuan. Kemampuan interpersonal ini terlihat jelas pada orang-orang yang memiliki kemampuan sosial yang baik, seperti pemimpin politik atau agama, para orang tua yang terampil, guru, ahli terapi, ataupun konselor. Salah seorang psikolog dari Inggris, N K Humprey mengatakan bahwa intelegensi sosial adalah hal yang paling penting dalam intelek manusia. Humprey mengatakan bahwa kegunaan kreatif dari pikiran manusia yang paling besar adalah mengadakan cara untuk mempertahankan sosial manusia secara efektif. Ciri-ciri orang yang memiliki intelegensi interpersonal yang bagus antara lain:
1.       Terikat dengan orang tua dan berinteraksi dengan orang lain.
2.       Membentuk dan menjaga hubungan sosial.
3.       Mengetahui dan menggunakan cara-cara yang yang beragam dalam berhubungan dengan orang lain.
4.       Merasakan perasaan, pikiran, motivasi, tingkah laku dan gaya hidup orang lain
5.       Berpartisipasi dalam kegiatan kolaboratif dan menerima bermacam peran yang perlu dilaksanakan oleh bawahan sampai pimpinan, dalam suatu hal usaha bersama.
6.       Mempengaruhi pendapat dan perbuatan orang lain.
7.       Memahami dan berkomunikasi secara efektif, baik dengan cara verbal maupun non verbal
8.       Menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan grup yang berbeda dan juga umpan balik (feedback) dari orang lain.
9.       Menerima perspektif yang bermacam-macam dalam masalah sosial dan politik.
10.     Tertarik pada karir yang berorientasi interpersonal seperti mengajar, pekerjaan sosial, konseling, manajemen atau politik.
11.     Membentuk proses sosial atau model yang baru.
PROSES PEMBELAJARAN INTERPERSONAL
          Intelegensi interpersonal sangatlah erat kaitannya dengan orang lain, sehingga banyak pengajar mengatakan bahwa mereka tidak akan dapat mengajar jika tidak dapat mengelompokkan murid-muridnya, baik berpasangan atau lebih dari 2 orang per grup. Kategori-kategori lain mengenai aktivitas pembelajaran interpersonal membangun lingkungan interpesonal yang positif, pembelajaran kolaboratif, penanganan konflik, belajar melalui tugas sosial/jasa, menghargai perbedaan, membangun perspektif yang beragam, pemecahan masalah global dan lokal dalam pendidikan multikultural.
MEMBANGUN LINGKUNGAN INTERPESONAL YANG POSITIF
          Banyak penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa belajar akan lebih produktif dan menyenangkan, jika siswa merasakan suatu perasaan memiliki dan mereka merasa kelasnya berfungsi sebagai komunitas yang peduli. Bagaimana cara membentuk lingkungan tersebut? Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengubah individu di kelas tersebut menjadi suatu grup yang afektif dan kohesif.


PEMBELAJARAN KOLABORATIF
          Ada banyak model, teori dan sumber dengan perspektif yang bermacam-macam dalam pembelajaran koperatif. Beberapa buku yang membahas masalah ini  buku yang dikarang oleh Elizabeth Cohen yang berjudul Designing Groupwork for Heterogeneous Classroom dan juga Cooperative Learning: Theory, Research and Practice karangan Robert Slavin. Dalam tinjauan penelitian pembelajaran koperatif, kesepakatan umum didapat bahwa metode seperti pembelajaran koperatif ini dapat meningkatkan pencapaian belajar siswa, mempercepat pembelajaran, meningkatkan daya ingat dan memiliki hasil akhir, yaitu tindakan positif terhadap pembelajaran itu sendiri. Johnson bersaudara telah menemukan 2 komponen penting dari pendekatan Colaborative Learning yang berhasil, meliputi:
a) pertanggungjawaban individual
          keberhasilan kelompok didasarkan pada kemampuan setiap anggota untuk menunjukkan bahwa dia telah belajar materi-materi yang sangat dibutuhkan. Pencapaian siswa terlihat meningkat ketika diketahui keberhasilan kelompok yang didasarkan pada nilai quiz anggota kelompok yang digabungkan, atau ketika suatu proyek atau salah satu anggota kelompok berperan serta dalam suatu proyek tim. Jelas terlihat bahwa pencapaian kesuksesan berkurang ketika suatu proyek atau pekerjaan diberikan kepada kelompok siswa yang tidak memiliki tanggung jawab dan tugas individual.
b) ketergantungan positif
          keberhasilan kelompok didasarkan atas kemampuan kelompok itu dalam bekerjasama untuk meraih hasil yang diinginkan, misalnya tingkatkan penghargaan, waktu luang dan ketenaran (pengakuan). Social skill (keterampilan sosial) tidak akan dicapai dengan hanya meminta siswa untuk bekerjasama. Mereka harus dilatih dengan sengaja.

MANAJEMEN KONFLIK
          Selama masa anak-anak, metode untuk menangani konflik dan frustasi berkembang dalam kita. Konflik merupakan hal yang tak dapat dipisahkan dalam hidup kita, dapat dipandang sebagai suatu tantangan yang mampu mengajarkan cara-cara positif dan kostruktif dalam menangani masalah perselisihan. Salah satu cara untuk mengenalkan manajemen konflik adalah dengan cara mengidentifikasi sebab-sebab umum konflik.
Beberapa penyebab umum konflik:
-         Kepentingan individu tidak terpenuhi
-         Kekuatan tidak rata/sama
-         Komunikasi tidak efektif atau tidak terjadi komunikasi
-         Perbedaan nilai dan prioritas
-         Perbedaan persepsi dalam memandang situasi
-         Pendekatan belajar dan personalitas berbeda
Aspek menarik lainnya adalah bagaimana seseorang merespon konflik itu. Ada banyak cara dalam menangani konflik antara lain: berkompetisi, bekerjasama, menghindari, menyesuaikan diri, kompromi.
BELAJAR MELALUI TUGAS SOSIAL
          Youth Service America, suatu kantor nasional untuk program jasa terhadap terhadap masyarakat memperkirakan bahwa, sukarelawan SMU menyumbangkan 17 juta jam untuk pelayanan gratis pertahun, yang jika diukur dengan nilai dolar bernilai 60 juta dolar. Namun nilai sebenarnya dari pelayanan masyarakat itu tidak dapat diukur dengan nilai dolar (uang). Meskipun pelayanan itu sangat penting bagi masyarakat, efek dari pelayanan masyarakat dalam diri siswa SMU tersebut juga sangat penting. Siswa memperoleh keuntungan dengan cara melakukan suatu kontribusi yang bermanfaat bagi masyarakat, belajar tentang tanggung jawab sebagai warga negara secara langsung, menerapkan pelajaran akademik di sekolah pada masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, melatih inisiatif pribadi dan mengalami perubahan yang positif dari remaja menjadi dewasa.
MENGHARGAI PERBEDAAN
          Henri David Thoreau pernah berkata, bahwa “jika orang tidak seiring dengan temannya, mungkin dikarenakan dia mendengar drummer yang berbeda, maka biarkan dia menuju ke musik yang dia dengar, tetapi ukurlah dekat atau jauh”. Hipocrates menyebutkan tipe-tipe personality yaitu: melancholik, sanguine, choleric dan phlegmatik. Istilah yang digunakan untuk memahami perbedaan manusia dalam belajar, telah banyak dideskripsikan yaitu: tipe psikologis, tipe personal, gaya kognitif, dan gaya belajar. Untuk membangun siswa dalam membangun kemampuan untuk menghargai perbedaan, sangatlah penting untuk memberi contoh perilaku dan juga menggunakan strategi-strategi yang menerangkan konsep belajar. Ketika menilai perbedaan individu, adalah sangat krusial untuk menyakinkan siswa tentang kenetralan dalam cara belajar yang berlainan. Kebiasaan dan sifat seseorang tidak lebih dari kebiasaan dan sifat orang lain, karena mereka sangat berbeda.
MENGEMBANGKAN PERSPEKTIF BERAGAM
          Persepsi kita terhadap orang lain dan terhadap situasi yang berbeda berasal dari pengalaman hidup kita, sistem nilai asumsi dan pengharapan ketika itu sangatlah mudah untuk menyatakan bahwa setiap orang merasakan dunia secara berbeda, konsep semacam ini sangat sulit untuk diinternalisasi. Menurut Steve Lamy, seorang guru Internasional Amerika yang terkenal, dikatakan sebagai “Pluralisme Intelektual”, yaitu kapasitas untuk menganalisa dan mengevaluasi perspektif yang berbeda. Solusi sebelumnya, yaitu menghargai perbedaan, mengajarkan siswa konsep tentang perbedaan cara pendekatan belajar orang lain. Kegiatan berrikut, meminta siswa untuk memikirkan perspektif yang beragam dalam interaksinya dengan orang lain, strategi ini meliputi menghargai persepsi orang lain. Memahami perbedaan point of view, melihat peristiwa yang terjadi dari beberapa sudut pandang, memikirkan implikasi global dan mempelajari berpikir secara sistematik dengan cara memikirkan pengaruh yang ditimbulkan dari tindakan manusia pada alam dan sistem buatan manusia.
PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
          Perubahan sifat demografi adalah salah satu dasar pemikiran yang kuat bagi pendidikan mulikultural di AS. Robert Maynard, presiden Universitas Chicago sebelumnya pernah berkata: “pendidikan terbaik bagi semua yang terbaik adalah pendidikan terbaik bagi semua. Kelihatan imperatif, ketika pendidikan yang baik termasuk pendidikan multikultur bagi setiap pelajar dari berbagai ras, etnik dan grup sosial. Karena semuanya akan berpartisipasi dalam masa depan multi etnik yang meningkat”. Banyak guru melihat pendidikan multikultur sebagai isi yang terbatas pada grup etnik, ras dan kebudayaan dan tidak relevan terhadap disiplin akasemik, melainkan kebalikannya dan itu sangatlah benar. James Banks salah satu ahli tekemuka negara itu yang ahli di bidangnya, dan pengarang buku Multiethnik Education: Theory and Practice mengatakan, bahwa pendidikan multikultural memerlukan perubahan dalam pendekatan pendidikan dan lingkungan sekolah.

Sumber:      1) Campbell, L., Campbell, B., Dickinson D. (2004). METODE PRAKTIS PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE. Depok, IND: Intuisi Press.
                   2) Campbell, L. Dan Mckisson M. (1990). Our Only Earth: A Global Problem Solving Series. Tucson, AZ: Zepher Press.

1 komentar:

  1. stlh gwa baca pnjelasan diatas,
    makin banyak ilmu yang gwa dapet,,
    lanjutkan bro tiko..
    :D

    BalasHapus